Halo sobat study, pada artikel kali ini kita akan membahas tentang peningkatan motivasi peserta didik dalam belajar matematika melalui kisah tokoh besar matematika. Happy Reading!!!
Motivasi sangat
dibutuhkan dalam proses belajar matematika. Motivasi menurut Uno (2009:8)
adalah dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan
tertentu yang ingin dicapainya. Sedangkan menurut Solichatun (2007:7) motivasi
belajar matematika menggambarkan dorongan, keinginan dan kebutuhan peserta
didik untuk belajar matematika yang terlihat kemauan peserta didik dalam
mengerjakan soal yang diberikan. Pemberian motivasi sebelum proses belajar
dimulai, menurut Shaleh (2008:42) memeiliki pengaruh yang kuat pada anak didik
untuk mampu menghadapi berbagai rintangan yang ada di depannya, motivasi yang
kuat juga menjadi sebuah energi agar peserta didik mampu menghadapi berbagai
tantangan dalam belajar matematika pada materi apapun. Tidak menyerah ketika
mengerjakan soal yang sulit, tidak akan mengeluh dalam menghadapi berbagai soal
ulangan dan mampu mengerjakan secara mandiri.
Banyak hal yang dapat
dilakukan oleh guru dalam membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar
matematika. Menurut Shaleh (2008:86) sepenggal cerita inspirasi ternyata mampu
menggugah emosi dan semangat bagi seseorang. Teknik seperti ini dapat
diterapkan oleh guru sebelum menyampaikan materi pelajaran kepada anak
didiknya. Hampir semua tokoh di bidang matematika dapat memberikan inspirasi
yang luar bisa. Anak didik tentu akan
terkagum–kagum dengan cerita tersebut.
Misalnya, cerita Carl Fiedrich Gauss yang mampu menghitung dengan cepat
dalam hitungan detik.
Kisah Carl Friedrich
Gauss dapat dijadikan sebagai kisah insipirasi bagi peserta didik dalam
meningkakan motivasi belajar matematika. Carl Friedrich Gauss merupakan salah
satu ilmuwan hebat dunia, ia juga diakui sebagai ahli matematika terbesar
sepanjang masa. Hal ini cukup beralasan, sebab ia memang jenius sejak kecil.
Pada saat Gauss berusia tiga tahun, ia berhasil menemukan kesalahan yang
dilakukan ayahnya waktu sang ayah melakukan kalkulasi di bidang keuangan. Gauss
melakukan hal yang menakjubkan lagi saat ia berada di sekolah dasar. Pada waktu
itu guru matematikanya meminta murid-murid menjumlahkan bilangan-bilangan dari
81297 + 91495 + 81693 + … + 100899. Gauss berhasil menyelesaikan soal tersebut
beberapa detik setelahnya.
Setelah pemeberian
motivasi diharapkan peserta didik dapat menunjukan perilaku sesuai dengan
indikator peserta didik yang termotivasi untuk belajar. Menurut Solichatun
(2007:28) indikator peserta didik termotivasi untuk belajar : 1) senang
mengikuti pelajaran; 2) tidak merasa bosan saat belajar; 3) mengikuti pelajaran
dengan sunguh-sungguh; 4) mengerjakan tugas yang diberikan; 4) merasa bahwa
belajar adalah kebutuhan; 5) merasa aman belajar; 6) memiliki rasa ingin tahu
yang besar; 7) percaya diri untuk berprestasi.
Untuk mengukur motivasi
peserta didik dalam belajar dapat dilakukan dengan mengidentifikasi indikator
tersebut. Solichatun (2007:28) menambahkan jika peserta didik sudah termotivasi
dalam mengikuti pembelajaran, mereka akan berlomba–lomba mengerjakan soal.
Keadaan seperti ini diharapkan mampu meningkatkan penguasaan peserta didik
terhadap materi matematika yang diajarkan. Penyampaian motivasi ini dikatakan
berhasil dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang tuntas dalam
mengerjakan test yang berkaitan dengan materi yang diberikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Shaleh,
Andri. 2008. Seni Mengajarkan Matematika
Berbasis Kecerdasan Majemuk. Bandung: Tinta Emas Publishing.
Solichatun. 2007. “Implementasi
Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
dan Motivasi Belajar Peserta didik SMP”. Skripsi pada Jurusan Pendidikan
Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Uno,
Hamzah. 2009. Teori Motivasi dan
Pengukurannya Analisis Bidang Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
0 komentar:
Posting Komentar